Perempuan Bernama Arjuna


Judul: Perempuan Bernama Arjuna
Penulis: Remy Sylado
Penerbit: Nuansa Cendekia, 2013
Tebal: 276 halaman

Sebelum buku ini terbit, saya sudah membacanya secara tuntas. Tugas saya mengamati isinya untuk keperluan rekomendasi-rekomendasi isi dan koreksi isi. Soal isi, saya tidak mempersoalkan karena memang ini karya fiksi dan sepenuhnya hak independen sang penulis. 
Lagi pula tak ada yang penting dipersoalkan di dalamnya. Karena itu ketika saya memberikan koreksi, itu hanya sebatas soal koreksi ketikan yang salah. Dan alih-alih mengkritik isinya, saya justru belajar sepenuhnya dari buku ini untuk beberapa hal: 1) isi filsafat yang menjadi topik utama 2) alur cerita, 3) riset pustaka yang dilakukan penulis, dan 4) metode menyimpulkan tema yang luas secara ringkas tanpa terjebak ke arah generalisasi. 
Ini adalah buku novel, atau karangan fiksi. Yang disebut fiksi tentunya dunia “rekaan”. Reka-reka itu bagian dari dunia kesenian yang sah oleh “undang-undang” kesusastraan. Namun demikian, pengertian reka-reka yang dilakukan penulis kawakan ini tidak secara keseluruhan, melainkan terbatas pada sosok dan setting cerita. Itu pasti fantasi dan reka-reka gurauan penulis. Jadi tak usah merisaukan siapa sebenarnya sosok perempuan bernama Arjuna itu. Yang pasti ada dan maujud, minimal di dalam cerita ini. 
Adapun untuk urusan isi, yaitu pembahasan filsafat, sudah barang tentu bukan reka-reka lagi, melainkan benar-benar ilmiah, artinya faktual. Ilmiah dalam hal ini merujuk pada pengertian bahwa Remy Sylado sedang membicarakan beragam filsafat dunia dari Yunani hingga Indonesia, dari abad kuno, sunan kalijogo hingga postmo, dikupas tuntas secara menarik melalui alur cerita dari sosok hidup “Perempuan Bernama Arjuna”. 
Ini mengagumkan karena selama ini kita jarang membaca novel yang isinya ilmiah. Jadi kekuatan novel ini tentu saja pada kekuatan ilmu pengetahuan. Adapun soal kisah-kisah seksual atau kenalakan berpikir betina bernama Arjuna itu hanya menu tambahan yang sifatnya kreativitas saja. Namun begitu tentu sebuah sensasi sendiri karena urusan esek-esek Remy Sylado memang jagonya. 
Saya tak perlu terlalu jauh membanding-bandingkan dengan karya lain, termasuk dengan Novel Dunia Sophie yang fenomenal beberapa tahun silam. Dunia Sophie punya kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya misalnya soal pembahasan lebih detail dengan eksperimen. Tetapi di sana juga ada kelemahan di mana tema-tema itu dibaca terlalu mbulet untuk ukuran pembaca kelas pemula. 
Adapun novel Remy Sylado ini letak kelebihannya adalah mampu secara akurat berbicara tiap-tiap filsuf dengan pemikirannya yang disimpulkan secara singkat, padat dan mudah dipahami. Kelemahannya, novel ini kurang tebal. Faktanya, ketika saya membaca buku ini dalam dua hari, sudah selesai, padahal otak masih semangat untuk melanjutkan. Ya nasib. (Semoga Remy Sylado mau menulis edisi lanjutannya…) 
Novel ini terbit jelang akhir tahun. Manfaatnya tentu luar biasa. Bisa untuk mengakhiri akhir tahun dengan penambahan ilmu, bisa untuk menyadari kekeliruan berpikir masa lalu, dan kemudian sangat penting untuk menciptakan resolusi tahun kuda 2014 mendatang. 
Semoga setelah membaca buku ini pikiran kita tangguh seperti kuda, dan sekalipun novel ini penuh aroma nafsu seksual, semoga kita dijauhkan dari hawa nafsu besar seperti kuda. Pokoknya baca dan ambil manfaatnya. [Syarif Yahya]

INTERNET MENDANGKALKAN CARA BERFIKIR KITA

judul buku: THE SHALLOWS Internet mendangkalkan cara berfikir kita
judul asli: The Shallows: What the internet is doing to our brains
penerjemah: Rudi Atmoko
penerbit: Mizan (2011), Bandung
tebal: 279



dalam hal 171:
INISIATIF GOOGLE yang paling ambisius - yang oleh Marissa Mayer disebut sebagai "peluncuran ke bulan" - adalah upaya untuk mendigitalisasikan semua buku yang pernah dicetak dan membuat teks mereka "dapat ditemukan dan dicari secara online"................

internet memberikan kemudahan dan kesenangan, tapi juga megorbankan kemampuan kita berfkir secara mendalam. demikian ditunjukkan bagaimana dalam buku ini menunjukkan bagaimana 'alat-alat' berfikir, alfabet, peta, barang cetakan, jam hingga komputer yang telah kita gunakan berabad-abad bisa mengubah cara kerja otak kita.
membaca buku cetak membuat kita dapat memfokuskan perhatan, mendorong aktivitas berfikir memdalam dan kreatif. sebaliknya internet memaksa kita menelan informasi secara instan, cepat dan massal. sehingga membuat pikiran kita mudah teralihkan. kita menjadi terbiasa membaca serba kilat dan cepat menyaring informasi , tapi akibatnya kita juga kehilangan kapasitas kita untuk berkonsentrasi, merennung dan berfikir mendalam.

PROF. KH. QURAISY SYIHAB; ULAMA ALTERNATIF



Beliau tokoh Tafsir Indonesia, tidak seperti ulama lain; beliau memiliki identitas sebagai pakar tafsir. Ini menjadi beda, di mana kebanyakan ulama Indonesia menyandang titel ‘ulama fikih’. Tampak pada pemikiran beliau yang luas, seluas Al-Quran, dalam berfikir beliau tampak berada di tengah padang luas tak berbatas. Sedang ulama lain berfikir di dalam ‘penjara-penjara mazhab’. 
Nilai lebih dari sosok bedarah Sulawesi Selatan ini, adalah ketika beliau menyampaikan gagasan-gagasannya atas ayat-ayat suci, baik dalam tulisan maupun dalam kutbahnya, beliau mampu menyampaikan nilai-nilai Al-Quran dengan sangat santun, bahasa yang ramah, dan teratur. Lebih dari itu beliau pandai meramu sejarah-hadis-fikih dipadukan dengan ayat-ayat yang beliau ketengahkan. 



Di rak buku saya ada 5 buku karya Pak Quraisy; 
1. MEMBUMIKAN AL-QURAN (fungsi dan peran wahy dalam kehidupan masyarakat). Karya ini berisikan A. Gagasan Al-Quran, yang mengupas sejarah tafsir dan perkembangannya. B. Amalan Al-Quarn, yang mengetengahkan fungsi agama, ibadah bagi kehidupan masyarakat. C. Islam dan peran Ulama. 

2. MUKJIZAT AL-QURAN (ditinjau dari aspek kebahasaan, isyarat ilmiyah dan pemberitaan ghaib). 

3. LENTRA AL-QURAN (kisah dan hikmah kehidupan). Buku ini yang paling sering saya baca, bahkan berlang-ulang dan banyak memberi saya inspirasi. Buku ini juga dianggap kontroversi oleh para ‘kiai mazhab’ tepatnya pada ulasan “Ucapan Selamat Natal”. Dalam buku ini beliau mencoba meluruskan kan pemahaman “Makna kembali kepada Al-Quran dan Sunnah” yang sering disalah tafsirkan oleh Wahabi. 

 4. WAWASAN ALQURAN (tafsir tematik atas plbagai persoalan umat.) berisi, seputar panduan kehidupan sehari-hari orang muslim, dari pribadi, keluarga, maysrakat, ekonomi, politik, ilmu tekhnologi, dll. Buku ini juga banyak menuai protes dari ‘kiai mazhab’ dalam ulasan beliau seputar “Pakaian” tepatnya pada pembahasan aurat perempuan dan jilbab.

5. SECERCAH CAHAYA ILAHI (hidup bersama Al-Quran). 

Semuanya terbitan Mizan, Ujungberung Bandung.

SEJARAH ISLAM UNTUK PELAJAR DAN MAHASISWA


Judul: Kamus Sejarah Agama Islam (Nama, Kronologi, Peristiwa)
Penulis: Ahmad Syarif Yahya
Penerbit: Nuansa Cendekia
Tebal: 200 Hlm
Harga: Rp 44.000

Memahami sejarah itu menarik sekaligus problematis. Menarik karena kisah-kisah masa lalu itu terhubung dengan apa yang sedang kita alami saat ini, tetapi sering problematis karena sulitnya menghayati masa lalu itu sebagai sumber hidup. Penyebab kesulitan yang paling mendasar itu adalah karena sebab kita lebih asyik masuk ke wilayah kisah-kisah –yang terasa unik menarik-tetapi sulit mengingat rangkaian kejadian yang menyebabkan terjadinya peristiwa. Studi sejarah Islam selama ini memiliki beban bagi generasi karena banyak kisah lama yang sulit dipahami secara kontekstual oleh generasi muslim saat ini. 

Kita yang berada di Indonesia memiliki keterbatasan penafsiran terhadap ruang dan waktu. Karena itulah dibutuhkan pengetahuan dasar sejarah Iislam yang simple tetapi tetap akurat. Karya Syarif Yahya ini barangkali patut diberi perhatian oleh umat Islam di Indonesia, terutama sebagai bacaan dasar generasi muda. Beragam istilah sejarah yang tertulis di dalamnya meliputi tiga komponen utama yang berguna untuk memudahkan pengingat kisah lama dengan selalu menyertakan “Nama, Kronologi, Peristiwa”. 
Melalui tiga kata kunci ini, ternyata kita bisa lebih efektif memahami sejarah Islam secara sainstifik. Terkadang agak kering memang, tetapi begitulah seharusnya kamus; tetap objektif dan paralel alurnya. Adapun jika kita ingin melebarkan pemahaman, tentu lebih baik membaca buku sejarah. 
Bagi orang Islam di Indonesia, pentingnya memiliki kamus ini paling tidak sangat berguna untuk 1) Memahami beragam kisah lalu secara singkat sehingga –sekalipun kita kurang memahami sebuah kisah kejadian di masa lalu, di negeri luar,--kita bisa lebih cepat memahami, minimal secara singkat. 2) Bisa menjadi kunci masuk gerbang pengetahuan ke arah yang lebih luas. Dengan menyimak satu persatu entri di dalam kamus ini, nanti kita akan tahu mana sejarah yang belum diketahui, dan mana yang sudah. Untuk yang belum diketahui, nanti bisa mencari di buku lain. 
Ditulis oleh Syarif Yahya, seorang santri otodidak yang bertahun-tahun menggeluti ilmu bahasa Arab, Sejarah, dan kitab-kitab klasik (kitab kuning) menjadikan Kamus lebih kaya karena selain memuat referensi tulisan modern juga menyertakan sumber-sumber klasik. Dan mungkin dari sinilah letak nilai lebih kamus ini di banding kamus Islam popular lainnya. Sekalipun tidak semua hal yang terjadi dalam sejarah Islam termaktub dalam buku ini, tapi Kamus ini bisa disebut kaya oleh muatan sejarah. Untuk bacaan dasar, terutama siswa SMP, SMA dan Mahasiswa, termasuk santri, sudah sangat mencukupi. Selamat membaca. [ Sumber: Koran Harian Tribun Jabar, Minggu 26 Oktober 2013)

Nusantara Dalam Catatan Tionghoa

Judul buku: Nusantara Dalam Catatan Tionghoa
Judul Asil: “Notes on the Malay Archipelago and Malacca Compiled from Chinese Sources”
Penerjeham: Gatot Triwira
Penerbit: Komunitas Bambu, Depok
Tebal: 213 hal

 Buku ini merupakan terjemahan dari naskah kuno. Naskah tersebut masyhur dengan judul “Notes on the Malay Archipelago and Malacca Compiled from Chinese Sources” penulisnya adalah WP Groeneveldt. Buku ini menjadi referensi pemerhati sejarah dan budaya wabilkhusus hubungan antara Nusantara dan Cina. 
Nusantara merupakan daerah perlintasan yang sangat penting lagi sangat tua. Sejak 2000 SM, Nusantara telah menjalin hubungan dengan dinasti Shang di Cina.
Buku ini komplit memaparkan sejarah persentuhan Cina-Nusantara, di awal buku ini ada Catatan Editor Perihal Ejaan Tionghoa, ini menarik. Lalu sejarah Indonesia-Malaya kemudian secara khsus buku ini memaparkan sejarah Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Kepulauan Indonesia Bagian Timur dan Semenanjung Malaya.

 Buku ini menjadi semakin menantang karena banyaknya nama-nama raja dan kota dengan ejaan Tionghoa, seperti: nama menteri Java atau Japa ;da-zuo-gan-xiong..ada distrik lang-bi-ya. Orang Cina kuno menyebut Bali sebagai Dva-ba-dan, menyebut Tuban dengan Du-bing-zu, menyebut Kali Mas dengan Ba-jie. Dengan buku ini, kita diajak berwisata khayal ke masa-masa kuno nan jauh...dengan pemandangan kehidupan sesuai selera Anda menghayal...

Self-Publishing Medium Bandung: Solusi untuk Penulis


Self Publishing dikenal sebagai cara menerbitkan buku seorang penulis secara sendiri. Konsep ini mengacu pada beberapa alasan. Pertama karena penerbit tidak meloloskan naskahnya sehingga naskah penulis tersebut tidak bisa terbit. Tidak lolos seleksi tentu bukan berarti tidak bagus. Banyak penerbit yang sebenarnya minat dengan naskah tertentu tetapi tidak punya alokasi modal, waktu, atau karena alasan tema buku sudah ada yang diterbitkan. Kedua, bisa jadi karena alasan penulis itu sendiri kesulitan menjalin kerjasama dengan pihak penerbit. Biasanya penulis pemula memang sulit menembus dapur redaksi untuk meloloskan naskahnya dan diterbitkan dengan modal dari penerbit. Makin banyaknya penulis dengan tidak seimbangnya jumlah penerbit membuat penulis harus kreatif. Menerbitkan dengan modal sendiri, sekalipun mampu secara finansial, bukan berarti mudah karena misalnya kita akan mencetak 1.000eksemplar dan beredar di toko, maka harus menggandeng distributor. Kalau penulis rata-rata kesulitan berhubungan dengan redaksi, tentu akan lebih sulit berurusan dengan distributor yang kepalang jauh sulitnya dipahami pola kerjanya. 
Berada di Penerbit Nuansa Cendekia beberapa waktu lalu, saya memahami mengapa self publishing itu patut dijalankan oleh para penulis. Nuansa Cendekia melalui divisi Penerbit Medium yang bergerak di self-publishing tentu sangat berguna bagi para penulis yang memiliki modal sendiri. Ada beberapa penulis yang memodali naskahnya terbit di Penerbit Medium yang kantornya nginduk di Nuansa Cendekia, sukupbaru no 23 Ujungberung Bandung. Ada yang modal Rp 12 juta untuk buku tipis (di bawah 100 hlmn), ada pula yang memodali Rp 17juta untuk buku setebal 200 halaman. 
Ada pula yang lebih dari itu. Modal dari penulis itu biasanya untuk biaya 1) cetak, 2) dapur redaksi (editing, sampul, lay-out, koreksi, isbn/logo). Rata-rata buku yang terbitkan Penerbit Medium itu dicetak 1.000 eks dan distribusikan oleh Distributor Nuansa Cendekia dengan konsep bagi hasil. Distributor mengambil 50% dari harga bandrol. Mengapa 50%? Kata Pak Hasyim Rosidi, karena rata-rata toko buku mengambil 35-40% dari Nuansa. Jadi, Distributor Nuansa sendiri hanya mendapat laba kotor antara 10-15. Kotor karena biaya pengiriman ke berbagai kota di Indonesia juga cukup membebani. Dari pembagian hasil (titip jual) itu penulis bisa mendapat keuntungan 40% dari buku yang laku dan dibayarkan oleh toko buku. Modal sendiri dapat untung gede itulah konsekuensi positif dari penulis karena mau memodalinya. Tentu ini lebih besar daripada diterbitkan dengan modal penerbit yang hanya mendapat royalty 10%. Saya kira, pola yang seperti ini perlu diapresiasi oleh para penulis. Selain mendidik keberanian untuk produktif mempublikasikan karyanya, juga mempercepat bukunya edar. Sebab salahsatu pekerjaan yang melelahkan dari penulis itu adalah bertahun-tahun melamarkan naskahnya ke penerbit dan tidak lolos seleksi. Capek kan? Bagi yang ingin naskahnya terbit menjadi buku, agaknya perlu menjalin kerjasama dengan penerbit Medium. Hubungi sajamedium.redaksi@gmail.com.

100 MUSLIM PALING BERPENGARUH SEPANJANG SEJARAH


Judul Buku: 100 Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah
Diterjemahkan dari: The Muslim 100 The Lives
Penulis: Muhammad Mojlum Khan (peneliti sejarah Islam dan kontributor The Muslim News)
Penerjemah: Wiyanto Suud, Khairul Imam
Penerbit: Mizan
Tebal: 896 hal
Siapa tokoh Muslim paling berpengaruh dalam dunia Islam?, bagaimana pandangan dan raihan mereka selama ini? semua itu terangkum dalam 100 daftar tokoh-tokoh hebat yang disusun secara ringkas namun komplit. Sebuah buku bagi Anda yang ingin lebih dekat mengenal Islam lewat para Raja, ilmuan, panglima, arsitek, dan para cendekia.


Buku tebal ini obyektif menuliskan ketokohan semata, tanpa terselip fanatisme yang terkotakkan oleh mazhab atau aliran. Semua tokoh yang berpengaruh baik Sunni, Syiah, Wahabi, Liberal, Sufi, dari Nabi, Sahabat, Khalifah, Wazir hingga sastrawan dan revolusioner. Dari Rasulullah, Umar bin Khattab, Imam Bukhari, Al-Ghazali, Rumi, Ibnu Sina, Umar Khayam, Al-Halaj, Ibnu Abdul Wahab, Khumaini, Hasan Al-Bana, Malcom X hingga Muhammad Ali. 

PERGULATAN MUSLIM DI BARAT ANTARA IDENTITAS DAN INTEGRASI



Judul Buku: Pergulatan Muslim di Barat Antara Identitas dan Integrasi
Judul Asli: A Heart Turned East; Among the Muslims f Europe and America
Penulis: Adam Lebor
Penerjemah: Yuliani Liputo
Penerbit: Mizan, Bandung
Tebal: 373 hal
Dewasa ini hbungan Islam-Barat bisa dikatakan memasuki era baru. Pertama: populasi umat Muslim yang tinggal di Barat- baik karena proses imigrasi dari negara-negara Muslim maupun konversi orang Barat ke dalam Islam- semakin signifikan, dan ini pada gilirannya memberikan dampak yang semakin nyata dari segi politik, spsial, dan ekonomi. Kedua: sementara kehadiran Islam semakin mengglobal, politik identitas keislaman juga cenderung meninggkat di mana-mana. Umat Islam tampak ingin menunjukkan identitas khasnya yang berbeda dengan umat lain, termasuk dan terutama dengan Barat. Ketiga: hubungan keduanya sangat rentan, labil dan mewarisi rasa ketidakpercayaan (mistrust) yang berakar mendalam di sepanjang sejarah, utamanya karena karena memori kolektif Perang Salib yang traumatis.

Bagi Umat Islam, Barat sering dinilai terlalu dominan-perkasa, eksploitatif, berstandar ganda, dan diskriminatif – khususnya dalam masalah Palestina-Israel dan kebijakan luar negeri; sedangkan bagi Barat, umat Islam sering dianggap mempromosikan kekerasan, melangar hak asasi manusia dan anti demokrasi.
Buku ini merekam pergulatan umat Muslim yang menetap di Barat, mereka telah menjadi bagian integral dari masyarakat Barat dan sekaligus menjadi bagian umat Islam

BURUH MIGRAN INDONESIA DALAM KESEDIHAN

Judul : Tentang Sedih di Victoria Park (Kisah Buruh Migran Indonesia di Hongkong)
Penulis : Fransisca Ria Susanti
Penerbit: Nuansa Cendekia, 2013
Tebal : 228 Halaman
Harga : Rp 39.000,-

          Di tengah-tengah karya serba instan saat ini, produk yang baik terbilang langka.  Karena kelangkaan itulah terkadang kita harus berlapang dada untuk sedikit menyempatkan waktu menyimak “kebaikan” dari barang langka. Dengan membaca buku ini, paling tidak kita sedang melakukan kebaikan itu. Ya, karena dengan membaca buku ini, akan kita dapatkan tiga hal paling berharga.
 Pertama, sisi kemanusiaan dari isi karya. Buku ini berbicara tentang sisi kemanusiaan dari golongan masyarakat terpinggirkan. Para tenaga kerja wanita asal Indonesia yang kebanyakan nasibnya kurang mujur ditulis panjang lebar melibatkan riset, wawancara mendalam, dan sikap empati sang penulisnya. Langkah peduli seperti ini sangat memperlihatkan sikap humanis penulis karena menghasilkan pengetahuan yang mendalam tentang sisi kehidupan yang tidak kita alami, bahkan terkadang kita ikut serta meledek status sosial para pekerja migran yang serba sulit hidupnya.
Kedua, kita juga mendapatkan karya tulis berharga (bermutu) karena kualitas penulisannya sangat bagus. Penulisnya seorang jurnalis yang kokoh menerapkan prinsip-prinsip jurnalistik dalam kerja riset dan penulisannya. Terasa betul di dalamnya dibaca sangat bagus, kalimat yang menimbulkan perasaan menjadi terasah, dan bahkan kita akan dibuat kagum karena pilihan-pilihan kalimatnya. Alur ceritanya pun terusun mengalir, runtut dan kita merasakan kenikmatan dalam menelusuri paragraf demi paragraf.
Ketiga, kualitas pengetahuan antara riset dengan kualitas sastra yang bagus membuat buku ini mampu memberikan pengetahuan yang luas. Saya sebagai penulis tentu merasa mendapatkan pengalaman berharga bahwa tugas dan tanggungjawab penulis bukan sekadar menghasilkan banyaknya tulisan, melainkan penting untuk menghasilkan mutu isi. Karena banyak data, fakta lapangan disertai analisis politik-sosial-ekonomi yang berjimbun, pastinya butuh tenaga ekstra dalam menulis buku ini.
DAFTAR ISI
Para Penjaga Kota
Menganyam Mimpi
Mengayun Janji
Menahan Bilur
Mendaras Duka
Mendayung Arus
Memimpin Garda

Dengan membaca buku ini, saya merasa tergerak untuk mengatakan bahwa golongan pembaca berikut ini akan mendapatkan manfaat. Misalnya, seorang pejabat negara. Paling tidak akan tersentuh hatinya karena  membaca nasib rakyatnya yang sengsara melalui buku ini.
Para aktivis kemanusiaan, pasti akan merasa bahwa perjuangan selama ini belum benar-benar berkontribusi maksimal karena akutnya problem nasib rakyat bawah. Aktivis mahasiswa pasti akan semakin marah karena situasi negara yang tak memperdulikan nasib rakyatnya. Para jurnalis/wartawan mestinya juga membaca buku ini karena beberapa alasan di atas.
Marilah membaca buku ini. Banyak nilai positif yang akan kita dapatkan.
(Syarif Yahya)

KUTIPAN:

“Politik neoliberalisme telah memaksa kita bekerja sebagai babu di negeri ini, menerima upah murah, dan mendapat perlakuan diskriminatif!” teriaknya dalam bahasa Inggris.
Namanya Eni Lestari. Bersama ribuan warga Indonesia lainnya, ia merantau ke Hong Kong sejak 1999 sebagai pekerja  rumah tangga.

“Majikan tak membolehkan aku membaca. Aku harus sembunyi-sembunyi di kamar mandi kalau mau baca buku,” ungkapnya.
Dina dan Yuniar memberiku kesan pertama tentang para perempuan migran yang merantau ke Hong Kong. Gigih dan tak mudah patah.

Banyak kawannya bertaruh bahwa Carik tak akan betah dengan pernikahannya karena selama ini ia dikenal sebagai “playboy” di kalangan buruh migran Indonesia yang memiliki orientasi seksual sejenis.

Aku tak tahu apakah alasan “demi keluarga” pula yang membuat seorang perempuan asal Ponorogo lainnya, Indah Handayani, menahan kakinya untuk tetap di Hong Kong meskipun ia dihantui trauma pelecehan seksual.


Hong Kong memiliki 28 hotel prodeo yang tersebar di Hong Kong Island, New Territories dan Kowloon. Masing-masing penjara tersebut dibedakan berdasarkan fungsinya. The Correctional Service Department (CSD) mengaturnya berdasarkan status tahanan, jenis kelamin, maupun tingkat kejahatan.

UNFORGETTABLE LOVE (Cinta Sejati Tak Terlupakan)


SEBUAH NOVEL DITERJEMAHKAN DARI BAHASA MANDARIN
judul Asli: There Is a Love Called Unrforgettable
penulis: Tang Xiang Lan
penerjemah: Christanti Yuliana
penebit: Serambi Ilmu Semesta, Kemang, Jakarta

Tidak ada kebenaran dalam dunia hiburan. Yang ada hanya saling memanfaatkan dan saling menipu, benarkah?
Namun, dunia itu tetaplah bagaikan lampu yang menarik banyak laron untuk mendekat. terlalu memikat untuk diabaikan. kehidupan selebritis pn tanpa henti terus diungkap dan dikorek dalam sebuah industri bernama 'infotainment'.

Sadarkah kita bahwa kehidupan di balik panggung hiburan ternyata jauh lebih menarik?
Adalah Zhuo Xiao Bing, perempuan yang bekerja di sebuah majalah. Pejalanan kariernya sebagai pemburu berita hiburan diam-diam membawanya masuk lebih dalam di industr yang gemerlap itu. Awalnya ia hanya membantu seseorang dari masa lalunya memenangi kontes pencarian bakat. Namun, kemudian ia malah terjerumus ke pusaran asmara yang melibatkan dirinya dengan Ji Si Nan, artis tampan dan tersohor di China, serta Tang Zeng Heng, anak terbuang yang menjadi ahli waris perusahaan media dan hiburan terbesar di China. Mereka bertiga terjerat dalam persaingan dunia hiburan yang kejam dan penuh persengkongkolan besar, seperti lalat yang terperangkap di jaring laba-laba.

JEJAK KAFILAH (Pengaruh Radikalisme Timur Tengah di Indonesia)



judul buku; Jejak Kafilah
judul asli: Joining the Caravan?; The Middle East, Islamism and Indonesia
penulis: Greg Fealy (penulis Ijtihad Politik Ulama: sejarah NU 1952-1967) & Anthoni Bubalo (pernah bertugas dalam misi diplomatik Arab Saudi dan Israel)
penerbit: Mizan
tebal: 199
cetakan pertama 2007

Anda tentu akrab dengan kata Pe-Ka-Es, Ha-Te-I, JIHAD-TAGHUT-KAFIR-MUSYRIK-NGRUKI-LASKAR JIHAD-SYAHID- dan lusinan kata-kata yang sok-Islami.

Istilah-istilah itu muncul bersamaan dengan tumbangnya ORBA, dan terbukanya reformasi yang membawa angin segar bagi para NON MODERAT (bukan NU-bukan Muhammadiyah), ya...mereka adalah sekelompok orang yang mengaku paling muslim, benar-salah agama ada di tangan mereka. Mereka adalah orang muslim yang sama sekali tidak berjasa atas NKRI sehingga mereka tidak merasa rugi jika NKRI remuk...





Terorisme yang membunuh orang tak bersalah hingga ide 'mimpi' Khilafah oleh HTI, semakin hari semakin mengikis nasionalisme bahkan meruntuhkan islamisme yang ideal di negara kita. AHLUSSUNAH WAL JAMAAH bisa jadi tergantikan AHLU-JIHAD-WAL KHILAFAH...

Buku ini, apik menuliskan awal masuknya GERAKAN WAHABI-IKHWANUL MULSIMIN-HTI dan ormas-ormas ANTI NKRI lainnya di Indonesia...

Mengenal Penerbit Nuansa Cendekia Bandung -Catatan Penulis Desa

Bagi penulis, juga bagi penyuka bacaan, mengenal penerbit itu bukan hanya perlu, melainkan penting. Terutama bagi penulis, setidaknya ada dua alasan untuk hal itu. Pertama agar tahu proses produksi perbukuan yang dilakukan setiap penerbit. Kedua, memahami perilaku bisnisnya. Dan bagi pembaca buku, juga perlu setidaknya untuk memahami “asbabul nuzulnya” buku-buku yang kita baca.Tapi memang tidak mudah mengenal proses di balik dunia perbukuan karena kita harus masuk di dalamnya. Dan itu tidak setiap orang bisa mengakses informasi secara mendalam.Saya merasa beruntung karena bisa masuk ke dalam pengenalan lebih dekat. Kalau pada penerbit lain saya hanya mendapat informasi dari teman-teman penulis, di Penerbit Nuansa Cendekia, Bandung, saya bisa mendapatkan informasi proses terbitan bukunya secara mendalam.Mulai dari kenal awak redaktur, berkunjung langsung dan berdiskusi secara panjang lebar, hingga akhirnya mendapat bimbingan menulis dan menerbitkan buku. Proses ini saya rasa menjadi berkah karena dengan begitu saya yang bukan tergolong penulis Koran, “tiba-tiba” bisa menyediakan produk tulisan yang bisa diserap penerbit untuk dipublikasikan dan dipasarkan bukunya. Akhirnya saya bisa menerbitkan buku, mulai dari “Pengajaran Shalat (2012),” bersama Bapak Ustad Irwan Kurniawan yang juga redaksi penerbit Nuansa, selanjutnya menerbitkan “Kutukan Seorang Ibu: 31 Hikayat Arab” (2013), “Kamus Sejarah Agama Islam” (2013) dan selanjutnya akan menulis tema-tema agama Islam lain.
Dari hubungan rutin dengan awak redaksi Nuansa Cendekia, saya kemudian mendapatkan arahan tema, topik dan target penulisan. Dan yang lebih penting lagi ialah metode riset pra penulisan supaya efektif menghasilkan karya. Arahan dari penerbit itu penting karena dengan begitu program penulisan bisa lebih pasti untuk terbit untuk memenuhi kebutuhan bagian marketing. Dengan memahami arah tujuan itulah redaksi bisa lebih cepat memproses penerbitannya.Nuansa Cendekia, barangkali bukan penerbit paling menonjol, itu jika dibanding dengan penerbit besar seperti Erlangga atau Gramedia, tetapi tidak bisa disebut penerbit kecil karena di dalamnya terdapat lebih dari 25 karyawan, dan lebih 10 orang pekerja freelancer. Tetapi mungkin karena jenis bukunya sangat luas dan banyak sehingga bisa dibilang tidak seperti penerbit “kelas menengah” yang menonjol, sebut saja misalnya, Gagas Media dengan konsentrasi pada naskah metropop remaja, LKIS yogya dengan Islam progresifnya, atau penerbit Alvabet dengan konsentrasi pada naskah ilmiah.
Nuansa Cendekia lebih mengutamakan keselarasan buku-buku berbagai bidang. Semua kategori bisa masuk. Semua penulis pun bisa mendapat tempat, mulai dari Remy Sylado, Utomo Dananjaya, Musdah Mulia, Khofifah Indar Parawansa, Adjie Esa Poetra (guru vocal artis), hingga saya, yang nota-bene seorang penulis amatir pun bisa masuk dalam jejaring penerbitan.  
Di sini saya merasakan ada hikmah yang baik dalam menjalani hidup sebagai penulis kampung. Dari Temanggung Jawa Tengah, akses saya di Bandung, bukan di Semarang atau Yogya, dan inilah yang menjadikan wawasan saya semakin berkembang baik.Nuansa Cendekia kebetulan didirikan oleh sosok santri tulen, namanya Taufan Hidayat. Bapak Taufan ini asalnya dari Pati, alumni pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta. Pernah jadi wartawan, editor di berbagai penerbitan buku dan akhirnya menjadi pengusaha (yang menurut saya bisa disebut sukses).   Ukuran suksesnya paling tidak diukur dari pola perintisan dengan modal kecil, memperhatikan target penjualan, memahami pasar, dan fleksibel dalam tema-tema perbukuan. Dengan tidak menggantungkan donasi asing seperti LSM atau hanya mengandalkan penjualan buku pelajaran, Nuansa Cendekia bisa berjalan baik dalam kurun waktu 12 tahun. Ini sebuah prestasi jika dibandingkan dengan sekian ratus penerbitan buku di Yogya, Semarang, Jakarta dll yang saya dengar banyak mengalami kebangkrutan karena kurang mahir berdagang buku.Nilai lebih yang lain dari penerbit buku ini adalah sikap terbukanya terhadap pihak luar. Banyak penulis yang keluar-masuk secara terbuka ke bagian redaksi, bergaul dengan sistem pertemanan yang dekat dan saling beraktivitas sosial atau kegiatan ilmiah. Bahkan penerbit buku ini, menggandeng beberapa perguraun tinggi dan dosen-dosenya dari berbagai kota, untuk menebitkan karya-karya mereka, atau setidaknya agar penerbit dikenal dekat oleh para mahasiswa.Bahkan yang unik lagi dari hubungan dengan redaksi, para penulis tak segan-segan terlibat dalam proses editing secara langsung, minimal koreksi hasil dummy buku sebelum terbit. Pola komunikasi ini sangat baik karena pola kontrol naskah akan melibatkan dua pihak, yaitu penulis dan redaksi sehingga bisa mendamaikan perbedaan. Bahkan  seorang Remy Sylado pun gemar berlama-lama di kantor kawasan sukupbaru ujung berung itu.Sisi lain yang saya ketahui dari sistem kerja penerbitan ialah menempatkan beberapa divisi penerbitan. Misalnya, Nuansa Cendekia punya divisi penerbitan Islam, Marja, dan punya juga divisi popular fiksi dan non fiksi, bernama Penerbit Medium yang dikelola secara independen. Alasan harus punya divisi supaya --selain buku-buku berkategori lebih segmented-- juga bisa mendapat akses yang lebih luas.Ayo, siapa mau bergaul dan menerbitkan buku? Jika tidak lolos seleksi karena sesuatu hal, Divisi penerbit Medium-nya juga bisa dijadikan teman bermitra untuk berbisnis buku dengan menerbitkan modal sendiri. Jadi semua peluang masih banyak….
(Syarif Yahya)

KITAB KUNING. PESANTREN DAN TAREKAT



judul buku: KITAB KUNING, PESANTREN DAN TAREKAT

penulis: Martin van Bruinessen

penerjemah: Farid Wajdi dan Rika Iffati

pengantar: Abdurrahman Wahid

penerbit: Gading Publishing, Sorowajan Yogyakarta

cetakan pertama Juli 2012 edisi revisi


diskripsi:

Pesantren meiliki khazanah intelektual klasik yaitu kitab-kitab salaf yang oleh awam disebut kitab kuning karena biasanya kertasnya berwarna kuning, berbeda dengan buku, majalah, koran apapun yang tidak kuning. santri akan sempurna dan bisa pulang ke rumah lalu disebut 'kiai' jika telah melahap habis kitab-kitab kuning yang menjadi kurikulum pesantren tersebut.

selain kitab kuning, pesantren memiliki kultur khas, dari sistem dinasty-nepotisme yang tidak pernah menerima intervensi dari luar dan hanya diatur oleh keluarga, hingga etika antara santri-kiai, santri-anak kiai, santri-istri kiai, santri-asatid, santri-masyarakat setempat.

Dalam buku ini, Martin mengawali tulisannya dengan tradisi perjalanan santri-santri Jawa yang mondok di Tanah Suci  setelah melakukan ibadah haji, juga menyebut macam-macam kitab-kitab kuning yang diajarkan di pesantren, Martin juga mengupas panjang lebar sufisme ala pesantren jawa yang biasa disebut tarekat. terakhir Martin menulis Wali, Politisi, dan Birokrat Sufi: Antara Tasawuf dan Politik Masa Orde Baru di Indonesia.


Martin sebenarnya adalah sarjana matematika dan fisika, namun ia malah senang jika disebut ahli antropologi, ia meneliti jejak Islam di Kurdi, Iran, Turki dan Syiria. Ia pernah diperbantukan oleh Univ Leiden untuk mengajar metode pnelitian di IAIN Sunan Kalijaga (91-93)

SEJARAH KITAB-KITAB SUCI



Judul buku: SEJARAH KITAB-KITAB SUCI
Penulis: Mukhlisin Purnomo, S.Th.I, M.Pd.I
Penerbit: Forum, Mantrijeron Yogyakarta
cetakan pertama 1 Des 2012
Tebal: 364 hal


mengupas sejarah-latar belakang-penerima-tujuan-isi daripada kitab-kitab agama Samawi: Taurat, Zabur, Injil, Al-Quran. Sbb:


  Taurat. Atau Torah berasal dari kata yurih yang berarti mengajarkan atau mengarahkan, yang kemudian oleh orang Arab disebut Taurat. Juga disebut Pentateukh atau ‘lima kitab’ yang merujuk pada lima kitab Musa: Kejadian (Genesis), Keluaran (Exodus), Imamat (Leviticus), Bilangan (Numbers) dan Ulangan (Deuteronomy). Namun selanjutnya Taurat digunakan untuk menyebut seluruh peraturan tertulis dan ajaran Yahudi seperti; Mishnah, Talmud, Midrash dan lainnya. Taurat diwahyukan kepada Musa, termasuk 10 perintah yang diterimanya di bukit Thursina yang ditulis oleh Musa pada laukh atau papan tablet kemudian menyimpannya dalam tabut. Taurat kemudian hilang dan dilupakan pasca pembantaian dan pembuangan Bani Israel ke Babel, lalu kembali ditulis oleh Uzair (Ezra). Namun generasi pasca Musa menghubahnya ayat per ayat, karena beberapa kepentingan seperti politik ketika Bani Israel terpecah pasca meninggalnya Sulaiman.


Zabur. Populer dengan nama Mazmur yang berarti ‘nyanyian’ atau ‘lagu pujian’ selaras dengan mukjizat suara merdu Nabi Daud. Zabur merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Daud, dan tidak berisi hukum tersendiri dari Taurat, karena Daud pun menggunakan Taurat sebagai kitab hukum bagi Bani Israel. Zabur merupakan kidung dan kumpulan puji-pujian.


Injil. Berakar dari kata Yunani euanggelion, kemudian dipakai dalam lisan Arab menjadi Injil, yang berarti ‘Kabar Baik’, dalam bahasa Inggris disebut Gospel atau good news (kabar baik). Diturunkan kepada Nabi Isa As. Berisi tatacara ibadah dan hukum-hukum yang merubah sebagian Taurat. Orang Nasrani memiliki kitab Taurat, Injil dan risalah-risalah; Taurat disebut ‘perjanjian lama’ sedang Injil dan risalah disebut ‘perjanjian baru’, Injil perjanjian baru ditulis oleh murid-murid Nabi Isa, yakni: Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, dianggap sebagai Injil resmi. Selain keempat Injil tersebut ada juga Injil Barnabas, Tomas, Yudas, Filipus, Petrus, Maria Magdalena, Yakobus, Bartolomeus, Andreas, Matias, dll.



Lumayan detail, ditulis oleh Alumni Pesantren Krapyak dan lulusan IAIN (UIN) Ygyakarta.  



novel PEDANG RASUL



Judul bukua: PEDANG RASUL (ke manakah mimpi membawanya pergi?)
Penulis: Jusuf A.N.
Penerbit: DIVA perss Banguntapan, Yogyakarta
Cetakan pertama: April 2013
Tebal: 352 hal

Umar seorang awam, bermimpi bertemu Rasulullah yang memberinya pedang, sahabatnya yang bekerja di bengkel bernama Syam menafsirkan mimpi umar bahwa pedang adalah simbol jihad, dan jihad yang paling utama adalah jihad melawan hawa nafsu.

Mimpi itu terulang lagi, dan kini umar bertemu dengan seorang pengikut jamaah LP (Laskar Pedang), bernama Wahidin yang menafsirkan mimpi Umar sebagai jihad dan sebenar-benarnya jihad adalah jihad perang, memerangi semua yang disebut kemungkaran.

Novel ini, ditulis mas Jusuf barangkali beliau risih dengan radikalisme yang menjamur di Indonesia akhir-akhir ini. Mas Jusuf mencoba melawan bom dan pentungan dengan pena yang tajam. Dalam novel ini, Anda akan menemukan istilah-istilah yang tidak asing lagi karena sering terdengar dari penyiar berita di tivi, seperti: swiping, habib, ormas, teriakan Allahu Akbar, bom, jihad, taghut, pentungan, jenggot dll.


Mas Jusuf lahir di Wonosobo, lulusan UIN Yogyakarta dan Unsiq Wonosobo.   

MASA DEPAN TUHAN


judul buku: masa depan tuhan
penulis: Karen Amstrong
penerbit: Mizan
penerjemah: Yuliani Liputo
tebal: 608 hal

Setelah SEJARAH TUHAN, Karen menuliskan Masa Depan Tuhan, sebagai pembelaannya atas agama dan Tuhan, dan simbol penentangannya atas ateisme. Karen menyerang bertubi-tubi pemikir atheis semacam Richard Dawkins, Christopher Hitchens dan Sam Haris.
dengan penelitiannya yang telaten, ia menuliskan buku ini dengan nada optimisme kebangkitan agama meraih masa depan.

yang menarik ia menuliskan SAINS DAN AGAMA dan bab lain berjudul AGAMA ILMIAH sebagai bukti kehebatan Tuhan, sekaligus memupuskan klaim 'menang' orang-orang atheis. Karen tidak rela, agama disebut khayalan apalagi candu rakyat (seperti statmen Marx).

Karen dalam buku ini cukup objektif.