Mengenal Penerbit Nuansa Cendekia Bandung -Catatan Penulis Desa

Bagi penulis, juga bagi penyuka bacaan, mengenal penerbit itu bukan hanya perlu, melainkan penting. Terutama bagi penulis, setidaknya ada dua alasan untuk hal itu. Pertama agar tahu proses produksi perbukuan yang dilakukan setiap penerbit. Kedua, memahami perilaku bisnisnya. Dan bagi pembaca buku, juga perlu setidaknya untuk memahami “asbabul nuzulnya” buku-buku yang kita baca.Tapi memang tidak mudah mengenal proses di balik dunia perbukuan karena kita harus masuk di dalamnya. Dan itu tidak setiap orang bisa mengakses informasi secara mendalam.Saya merasa beruntung karena bisa masuk ke dalam pengenalan lebih dekat. Kalau pada penerbit lain saya hanya mendapat informasi dari teman-teman penulis, di Penerbit Nuansa Cendekia, Bandung, saya bisa mendapatkan informasi proses terbitan bukunya secara mendalam.Mulai dari kenal awak redaktur, berkunjung langsung dan berdiskusi secara panjang lebar, hingga akhirnya mendapat bimbingan menulis dan menerbitkan buku. Proses ini saya rasa menjadi berkah karena dengan begitu saya yang bukan tergolong penulis Koran, “tiba-tiba” bisa menyediakan produk tulisan yang bisa diserap penerbit untuk dipublikasikan dan dipasarkan bukunya. Akhirnya saya bisa menerbitkan buku, mulai dari “Pengajaran Shalat (2012),” bersama Bapak Ustad Irwan Kurniawan yang juga redaksi penerbit Nuansa, selanjutnya menerbitkan “Kutukan Seorang Ibu: 31 Hikayat Arab” (2013), “Kamus Sejarah Agama Islam” (2013) dan selanjutnya akan menulis tema-tema agama Islam lain.
Dari hubungan rutin dengan awak redaksi Nuansa Cendekia, saya kemudian mendapatkan arahan tema, topik dan target penulisan. Dan yang lebih penting lagi ialah metode riset pra penulisan supaya efektif menghasilkan karya. Arahan dari penerbit itu penting karena dengan begitu program penulisan bisa lebih pasti untuk terbit untuk memenuhi kebutuhan bagian marketing. Dengan memahami arah tujuan itulah redaksi bisa lebih cepat memproses penerbitannya.Nuansa Cendekia, barangkali bukan penerbit paling menonjol, itu jika dibanding dengan penerbit besar seperti Erlangga atau Gramedia, tetapi tidak bisa disebut penerbit kecil karena di dalamnya terdapat lebih dari 25 karyawan, dan lebih 10 orang pekerja freelancer. Tetapi mungkin karena jenis bukunya sangat luas dan banyak sehingga bisa dibilang tidak seperti penerbit “kelas menengah” yang menonjol, sebut saja misalnya, Gagas Media dengan konsentrasi pada naskah metropop remaja, LKIS yogya dengan Islam progresifnya, atau penerbit Alvabet dengan konsentrasi pada naskah ilmiah.
Nuansa Cendekia lebih mengutamakan keselarasan buku-buku berbagai bidang. Semua kategori bisa masuk. Semua penulis pun bisa mendapat tempat, mulai dari Remy Sylado, Utomo Dananjaya, Musdah Mulia, Khofifah Indar Parawansa, Adjie Esa Poetra (guru vocal artis), hingga saya, yang nota-bene seorang penulis amatir pun bisa masuk dalam jejaring penerbitan.  
Di sini saya merasakan ada hikmah yang baik dalam menjalani hidup sebagai penulis kampung. Dari Temanggung Jawa Tengah, akses saya di Bandung, bukan di Semarang atau Yogya, dan inilah yang menjadikan wawasan saya semakin berkembang baik.Nuansa Cendekia kebetulan didirikan oleh sosok santri tulen, namanya Taufan Hidayat. Bapak Taufan ini asalnya dari Pati, alumni pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta. Pernah jadi wartawan, editor di berbagai penerbitan buku dan akhirnya menjadi pengusaha (yang menurut saya bisa disebut sukses).   Ukuran suksesnya paling tidak diukur dari pola perintisan dengan modal kecil, memperhatikan target penjualan, memahami pasar, dan fleksibel dalam tema-tema perbukuan. Dengan tidak menggantungkan donasi asing seperti LSM atau hanya mengandalkan penjualan buku pelajaran, Nuansa Cendekia bisa berjalan baik dalam kurun waktu 12 tahun. Ini sebuah prestasi jika dibandingkan dengan sekian ratus penerbitan buku di Yogya, Semarang, Jakarta dll yang saya dengar banyak mengalami kebangkrutan karena kurang mahir berdagang buku.Nilai lebih yang lain dari penerbit buku ini adalah sikap terbukanya terhadap pihak luar. Banyak penulis yang keluar-masuk secara terbuka ke bagian redaksi, bergaul dengan sistem pertemanan yang dekat dan saling beraktivitas sosial atau kegiatan ilmiah. Bahkan penerbit buku ini, menggandeng beberapa perguraun tinggi dan dosen-dosenya dari berbagai kota, untuk menebitkan karya-karya mereka, atau setidaknya agar penerbit dikenal dekat oleh para mahasiswa.Bahkan yang unik lagi dari hubungan dengan redaksi, para penulis tak segan-segan terlibat dalam proses editing secara langsung, minimal koreksi hasil dummy buku sebelum terbit. Pola komunikasi ini sangat baik karena pola kontrol naskah akan melibatkan dua pihak, yaitu penulis dan redaksi sehingga bisa mendamaikan perbedaan. Bahkan  seorang Remy Sylado pun gemar berlama-lama di kantor kawasan sukupbaru ujung berung itu.Sisi lain yang saya ketahui dari sistem kerja penerbitan ialah menempatkan beberapa divisi penerbitan. Misalnya, Nuansa Cendekia punya divisi penerbitan Islam, Marja, dan punya juga divisi popular fiksi dan non fiksi, bernama Penerbit Medium yang dikelola secara independen. Alasan harus punya divisi supaya --selain buku-buku berkategori lebih segmented-- juga bisa mendapat akses yang lebih luas.Ayo, siapa mau bergaul dan menerbitkan buku? Jika tidak lolos seleksi karena sesuatu hal, Divisi penerbit Medium-nya juga bisa dijadikan teman bermitra untuk berbisnis buku dengan menerbitkan modal sendiri. Jadi semua peluang masih banyak….
(Syarif Yahya)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

2 komentar

komentar
19 Oktober 2013 pukul 19.54 delete

Saya tertarik utk jd penulis mas... tpi sama sekali blm punya pengalaman... ada yg bisa bantu ga ya??? FB: Fattabi Subula Salam

Reply
avatar
20 Oktober 2013 pukul 03.38 delete

untuk awalnya memang sulit..biasakan Anda baca koran seperti Kompas atau lainnya, perhatikan cara pendulisan, huruf kapital, titik, koma dan lain sebagainya. lalu, cobalah untuk nulis...setelah itu Anda harus bisa cara membuat seperti catatan kaki, daftar pustaka dll. bagian paling sulit adalah untuk masuk ke penerbit, jika anda punya kenalan itu lebih baik, jika tidak coba kirimkan tulisan yang sudah di print...karena penerbit biasanya males baca email, yang penting lagi tema tulisan harus cocok dengan selera penerbit...hub saya via FB aja....trim...

Reply
avatar