Penulis: Ahmad Syarif Yahya
Penerbit: Nuansa Cendekia
Tebal: 200 Hlm
Harga: Rp 44.000
Memahami sejarah itu menarik sekaligus problematis. Menarik karena kisah-kisah masa lalu itu terhubung dengan apa yang sedang kita alami saat ini, tetapi sering problematis karena sulitnya menghayati masa lalu itu sebagai sumber hidup.
Penyebab kesulitan yang paling mendasar itu adalah karena sebab kita lebih asyik masuk ke wilayah kisah-kisah –yang terasa unik menarik-tetapi sulit mengingat rangkaian kejadian yang menyebabkan terjadinya peristiwa.
Studi sejarah Islam selama ini memiliki beban bagi generasi karena banyak kisah lama yang sulit dipahami secara kontekstual oleh generasi muslim saat ini.
Kita yang berada di Indonesia memiliki keterbatasan penafsiran terhadap ruang dan waktu. Karena itulah dibutuhkan pengetahuan dasar sejarah Iislam yang simple tetapi tetap akurat.
Karya Syarif Yahya ini barangkali patut diberi perhatian oleh umat Islam di Indonesia, terutama sebagai bacaan dasar generasi muda. Beragam istilah sejarah yang tertulis di dalamnya meliputi tiga komponen utama yang berguna untuk memudahkan pengingat kisah lama dengan selalu menyertakan “Nama, Kronologi, Peristiwa”.
Melalui tiga kata kunci ini, ternyata kita bisa lebih efektif memahami sejarah Islam secara sainstifik. Terkadang agak kering memang, tetapi begitulah seharusnya kamus; tetap objektif dan paralel alurnya. Adapun jika kita ingin melebarkan pemahaman, tentu lebih baik membaca buku sejarah.
Bagi orang Islam di Indonesia, pentingnya memiliki kamus ini paling tidak sangat berguna untuk 1) Memahami beragam kisah lalu secara singkat sehingga –sekalipun kita kurang memahami sebuah kisah kejadian di masa lalu, di negeri luar,--kita bisa lebih cepat memahami, minimal secara singkat. 2) Bisa menjadi kunci masuk gerbang pengetahuan ke arah yang lebih luas. Dengan menyimak satu persatu entri di dalam kamus ini, nanti kita akan tahu mana sejarah yang belum diketahui, dan mana yang sudah. Untuk yang belum diketahui, nanti bisa mencari di buku lain.
Ditulis oleh Syarif Yahya, seorang santri otodidak yang bertahun-tahun menggeluti ilmu bahasa Arab, Sejarah, dan kitab-kitab klasik (kitab kuning) menjadikan Kamus lebih kaya karena selain memuat referensi tulisan modern juga menyertakan sumber-sumber klasik. Dan mungkin dari sinilah letak nilai lebih kamus ini di banding kamus Islam popular lainnya.
Sekalipun tidak semua hal yang terjadi dalam sejarah Islam termaktub dalam buku ini, tapi Kamus ini bisa disebut kaya oleh muatan sejarah. Untuk bacaan dasar, terutama siswa SMP, SMA dan Mahasiswa, termasuk santri, sudah sangat mencukupi. Selamat membaca. [ Sumber: Koran Harian Tribun Jabar, Minggu 26 Oktober 2013)